Frega Matahari

Frega Matahari

Jumat, 09 Desember 2016

curhat anak yatim piatu

pernah ia mengatakan cara hidupku tak benar.
menatap nanar, memandang sinis nasibku.
nasibku yang salah baginya.
tak seindah rezekinya.
menyobek luka membuka duka.
merah padam wajahku membendung tangis
marah pada siapa?
dia menghina, dia yang lebih segalanya.
atau pada nasibku?





**************************************************************




Jika ia mempunyai nasib lebih baik. Namun, mulut wanita itu masih saja menyobek seluruh dukaku.
seperti apakah aku, sehingga ia mengatakan hidupku tak benar.
aku bukan wanita murahan, yang menjual diri atau genit.
bukan wanita penjahat, pencuri dan pembuat kriminal, bahkan aku tak menggunakan narkoba dan tak pernah terlibat dengan hukum.
aku juga tak berbuat onar dan nakal.
aku hanya gadis biasa, bahkan untuk pulang maghrib aja aku sudah takut.
dimanakah hidupku tak benar.
hanya karena aku anak yatim piatu.
dia bisa mengatakan aku tak benar.
karena aku menopang hidup padanya, dia bisa menghinaku.
aku bahkan tinggal di rumah orang tuaku sendiri.
hidup dari pensiunan oran tuaku.
karena aku seorang pengangguran yang hanya mengurusi rumah. Kenapa ia merasa aku seperti merepotkannya.
makan ku tiap hari bukan dia yang menanggung 100%, banyak orang yang memberikan bantuan juga yang diberikan melaluinya. Terkadang yang kami datang sangatlah kurang, hanya cukup 1-2 kali makan. Uang kami yang ada sama dia, tak berani kami minta. Siapa yg tak benar, bertampang agamais, tapi masih mendzalimi anak yatim-piatu, bahkan tanpa sadar memakan hak kami.
sungguh ia tak bercermin untuk melihat diri sendiri sudah benar atau belum.
lalu apa aku begitu hina hingga dianggap tak benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar