Frega Matahari

Frega Matahari

Selasa, 27 September 2016

Ela's story (Terbang)

"jika sekarang aku sedang terbang dengan sayapnya, ku harap ia tak mengajakku terbang begitu tinggi. Karna tangannya bisa bisa saja melepasku begitu saja hingga terjatuh ke dasar luka lebih dalam lagi. Lebih dalam dari lukaku sebelumnya" -Ela-
                   ♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡


 Disinilah Ela duduk manis menikmati pemandangan samudra awan dari ketinggian. Duduk manis di kursi pesawat. Hanya diam yang mengisi perjalanan bulan madunya ke Padang. Ia heran kenapa lelaki ini lebih memilih bulan madu ke kota padang daripada Bali. Dimana-mana orang lain lebih cenderung menikmati bulan madu ke Bali, karena dianggap romantis. Ini ke padang, dimana coba letak romantisnya. Atau ini karena tak ada cinta dari hati pria itu untuk Ela. Sekarang ia hanya patuh pada takdir yang tersusun rapi untuk dirinya. tapi Ela terap penasaran.
"Kenapa kita bulan madu di kota Padang?" Tanya Ela
"Kenapa kita nggak harus bulan madu di kota padang?" Yuki membalas dengan nada cuek.
"Kamu ingin hunting rendang dari daerah asanaya? Atau ingin makan di rumah makan padang di padang karena  tak ada rumah makan padang disana dan harganya lebih murah dari pada kita makan di restorant padang di kota lain?" Tutur Ela dengan panjang dan polos.
"itu pertanyaan yang sekaligus mengandung jawaban dari pemikiran kamu sendiri."
Yuki memberikan jawaban sekenanya saja. Ia sempat tertegun jika cewek ini bisa berpikiran seperti itu dan disampaikan dengan begitu polosnya dengan kalimat panjang seperti itu.
"Tapi, kenapa kamu pilih kota padang?"
" disana indah, banyak juga wisata Alam di sana. seni budaya di sana juga sangat menarik. Lebih baik melakukan sesuatu yang nggak biasa. Ke Bali? Terlalu biasa. Dan lagi, kita bisa hunting rendang sepuasnya di sana. Makan malam di rumah makan padang yang tak pernah ada di sana."
"Apa romantisnya makan malam di rumah makan padang"
"We must try it, my wife!"
Wife, sebuah kata yang bisa melambungkan hati Ela saat ini. Ia seperti mendapatkan suatu pengakuan status atas dirinya dari suaminya. sebuah status yang diperjelas dari laki-laki itu. Tapi itu hanya bertahan sekian detik setelah kalimat lain berhamburan keluar dari bibirnya lagi
"Lagian kita cuma pura-pura kali bulan madunya. Kamu hanya perlu menikmati saja seperti layaknya liburan. tak akan ada yang terjadi, sesuatu yang mungkin kamu harapkan."
"Apa? apa yang aku harapkan?" suara Kesal Ela membuat pernumpang di sekitar mereka berpaling ke asal suara itu. Ela langsung tertunduk malu. Ia melihat yuki hanya memberikan sedikit senyum untuk jawabannya. 
Laki-laki ini terkesan dingin namun Ela merasa ada bara api kecil dalam diri suaminya. Sebuah bara api kecil yang walaupun tak nampak, tapi tetap ada kehangatan dalam sikapnya. Seperti apakah pria ini?
   ♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧




Di kamar hotel di kota padang.

"Wah disini pemandangan lautnya kelihatan banget. Bagusnya" Ela langsung belarian menuju jendela kamar hotel dan membuka tirai jendela. 
Kamar mereka terletak di lantai paling atas. Ia bisa melihat indahnya laut dari jendela. Melihat senyum Ela, terbesit di benak yuki untuk mengusili gadis chubby ini.
"Iya, kamar ini memang bagus viewnya. Tapi aku saranin sebaiknya kamu jangan buka tirai jendela itu malam hari"
"Kenapa"
"Nanti kamu bisa lihat yang nggak-nggak lagi"
"Maksudnya"
Yuki mendesah, ternyata gadis ini selain polos juga lemot. Dengan sabat ia memaparkan
"Kamu kan tahu gempa 2009 yang terjadi di sumbar. Nah ada hotel yang hancur di kota padang kan. banyak banget korban di runtuhan hotel itu. Bahkan kabarnya banyak mayat yang gak ditemukan. sekarang hotel itu udah dibangun lagi. Bangunan hotel itu secara tak resmi telah menjadi tempat terkuburnya mayat-mayat yang tak ditemukan."
Yuki melihat ada rona ketakutan dalam mata Ela. Dengan senyum tertahan ia melanjutkan
"Roh-roh mereka banyak bergentayangan di sana. Kamu tahu nggak itu dimana?"
Ela menggeleng, tak sadar ia sudah duduk merapat di Atas tempat tidur dengan yuki.
"Itu adalah hotel ini"
Ela mematung. 
Ia takut, wajahnya pucat. Dari kecil ela memang penakut. Ia bahkan tak berani tidur sendiri di kamar. Sekarang karna suaminya ia akan takut rasanya ke kamar mandi ini. Ingin rasanya ia menempel terus suaminya.
tangan ela yang tak ia sadari terlingkar erat di lengan yuki. Melihat ekspresi Ela seperti itu, pecahnya tawa yuki.
"Hahahaha. Kamu kalau takut kayak gini lucu banget deh tampang kamu"
"Kenapa tertawa" suara Ela sangat pelan. Walaupun tawa yuki sudah memecahkan suasana. Tapi Ela masih di hipnotis dengan rasa takutnya.
"Eh, aku becanda kali. Bukan yang ini hotelnya. Kalau kamu mau besok aku ajak ke sana" yuki masih berbicara di sela tawanya yang mulai mereda.
"Jadi bukan yang ini hotelnya?" Ela memastikan
yuki menggeleng. Terdengar suara napas lega Ela. Warna wajahmya kembali lagi. Ia menatap tajam pada yuki. Pria ini mengerjainya. Belum keluar sinar listrik dari tatapan matanya pada yuki. Laki-laki itu berdiri menuju kamar mandi. Ia memegangi perutnya yang sakit karna tertawa tadi. 
tiba-tiba kepala yuki melongok keluar dari pintu kamar mandi. 
"Bener besok mau ku atar ke hotel itu nggak?"
"Nggak" ela memalingkan wajahya.
sial! Batin ela.


♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡


Pukul 2 pagi. Ela belum juga tertidur. Ia sedikit parno gara-gara cerita yuki tadi. Ia takut-takut memandangi arah kamar mandi, belum lagi tirai jendela yang sepertinya menyembunyikan sosok anen di baliknya. Tanpa sadar tubuh Ela merapat lebih dekat ke arah suaminya. Yuki sudah tertidur dari tadi. Ia berharap yuki tak kebaratan untuk ini. Karena ela benar-benar takut sekarang. Ela memegang tangan yuki, ia memang seperti itu. Memegang tangan orang yang tidur sebelahnya. Alasanya, Ela takut ditinggal sendirian jika nanti ada penampakan yang keluar saat ia sedang tidur. Baru ela memejamkan matanya untuk memilih dunia mimpi dari pada ketakutan dengan dunia nyata ini. Tangan yuki yang ia genggam bergerak dan melepaskan diri dari genggaman Ela.   Belum sempat berpikir kenapa, yang besar itu dengan melingkari tubuhnya. wajah mereka sangat dekat, terasa di wajah Ela hembusan napas yuki. Walau mata itu tidur tapi suara keluar dari bibirnya.
"Tidur saja seperti ini. maka tak akan ada yang muncul untuk menakutimu"
kalimat simpel dari bibir yuki. Tapi seperti menghadiahkan tempat berlingdung untukku. Dalam posisi itu aku tertidur hingga pagi dalam dekapannya.
"jika sekarang aku sedang terbang, kuharap aku telah siap jika ditakdirkan jatuh. Jika sekarang aku tak bisa mencegah cinta ini untuknya. Maka aku tlah siap untuk patah hati. tak apa jika itu adalah dia." Ela membisikkan itu dalam hatinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar